Sunday, December 8, 2013
Browse »
home»
gilang
»
nugraha
»
puisi
»
Puisi Puisi Gilang Nugraha
Gersang Jangan Mengharap Layu
indah memang,,
tapi bukan untuk sekedar menikmat...
terngiang deras saat pujian nampak, pikat raga yang termakan...
harum memang..
bukan sekedar untuk pemikat,, tersadar dalam hayal justru menyakitkan..
bukan ini yang harus ada.,
tapi kekuatan bukan hanya sekedar satu dipunya.
derasnya hujan bukan penawar dahaga hati,,
semilir angin bukan obat penenang jiwa..
rasa sesal bukan untuk siksa hati..
melangkah mungkin akan lebh bijak daripda tetap menatap..
setidaknya, mampu berjalan berarti dapat melangkah meninggalkan jejak yang tertunduk untuk menata lurus arah yang tak ada air mata
memang sulit, saat gugur tanyakan tentang kesempurnaan
jangan memaksa mempertanggung jawabkan pada yang sudah salah..
yakin jalan di depan lebih baik dari dia atau siapa,,,,hanya untuk aku...
Fenomena atau Tanda??
Ketika termenung,,,,
Terdiam bukan hanya menyaksi,,,
Alam ini bergetar
Apa yang terjdi???
Siapa yang harus disalahkan??
Alam kah???
Manusia kah???
Langit yang mendung
Histeris yang membuncah
Lautpun ikut menggoyah
Yang tadinya indah,,
Kini derasnya hanyutkan permukaan
Tetesan darah,,,
Jerit tangiss,,,
Tak ayal jiwa lenyap yang tertelan,,,
Ya Tuhan
Apakah ini???
Hanya menyaksi jiwa sudah lebur
Kuatkan ku Tuhan,,,
Kejadian ini jangan buatku lari
Untuk terus bersujud pada Mu
Masih aku
Masih aku,,
kala putih yang ternoda,, memercik air takkan pudar,, walau semu, bias menempel..
Masih aku,,
takan lari untuk subuah iba,, menetes buih dulam asa,, memendam lirih untuk sebuah tanya,,
walau angan hilang tertelan,, masih menata riak yang pudar,,
karena aku masih aku..
Puisi Puisi Gilang Nugraha
indah memang,,
tapi bukan untuk sekedar menikmat...
terngiang deras saat pujian nampak, pikat raga yang termakan...
harum memang..
bukan sekedar untuk pemikat,, tersadar dalam hayal justru menyakitkan..
bukan ini yang harus ada.,
tapi kekuatan bukan hanya sekedar satu dipunya.
derasnya hujan bukan penawar dahaga hati,,
semilir angin bukan obat penenang jiwa..
rasa sesal bukan untuk siksa hati..
melangkah mungkin akan lebh bijak daripda tetap menatap..
setidaknya, mampu berjalan berarti dapat melangkah meninggalkan jejak yang tertunduk untuk menata lurus arah yang tak ada air mata
memang sulit, saat gugur tanyakan tentang kesempurnaan
jangan memaksa mempertanggung jawabkan pada yang sudah salah..
yakin jalan di depan lebih baik dari dia atau siapa,,,,hanya untuk aku...
Fenomena atau Tanda??
Ketika termenung,,,,
Terdiam bukan hanya menyaksi,,,
Alam ini bergetar
Apa yang terjdi???
Siapa yang harus disalahkan??
Alam kah???
Manusia kah???
Langit yang mendung
Histeris yang membuncah
Lautpun ikut menggoyah
Yang tadinya indah,,
Kini derasnya hanyutkan permukaan
Tetesan darah,,,
Jerit tangiss,,,
Tak ayal jiwa lenyap yang tertelan,,,
Ya Tuhan
Apakah ini???
Hanya menyaksi jiwa sudah lebur
Kuatkan ku Tuhan,,,
Kejadian ini jangan buatku lari
Untuk terus bersujud pada Mu
Masih aku
Masih aku,,
kala putih yang ternoda,, memercik air takkan pudar,, walau semu, bias menempel..
Masih aku,,
takan lari untuk subuah iba,, menetes buih dulam asa,, memendam lirih untuk sebuah tanya,,
walau angan hilang tertelan,, masih menata riak yang pudar,,
karena aku masih aku..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment